Kamis, 31 Maret 2022

Termakan Aturan Sendiri

Ada sebuah kisah nyata kematian tragis tentang seorang ratu bernama Sunandha Kumariratana, yang masih menjadi kisah menarik di kalangan rakyat Thailand. 

Sunandha Kumariratana lahir pada tanggal 10 November 1860 sebagai putri Raja Mongkut dari Siam (Rama IV) dan Permaisuri Piam. Sunandha Kumariratana sendiri adalah permaisuri Raja Chulalongkorn (Rama V) dan memiliki seorang anak perempuan yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1878 yang diberi nama Kannabhorn Bejaratana. Mereka adalah seorang penguasa di Siam yang saat ini dikenal dengan Thailand. 

Peristiwa tragis ini terjadi tepatnya pada tanggal 31 Mei 1880. Saat itu sang ratu yang saat itu sedang hamil dan bersama dengan putrinya sedang dalam perjalanan menggunakan kapal kerajaan menuju Bang Pa-In Royal Palace. Dia pun dikawal oleh beberapa kapal penjaga. 

 

Tetapi saat di tengah perjalanan kapal yang ia naiki tiba-tiba saja terbalikdan sang ratu beserta putrinya pun jatuh ke sungai, tentu saja ini membuat panik para penjaga. 

 

Tetapi mereka tidak bisa menolong sang ratu. bukan karna mereka tidak bisa berenang, tetapi karena adanya suatu aturan yang dibuat oleh sang ratu sendiri. Aturannya berbunyi "bahwa tidak ada siapapun yang boleh menyentuh seorang ratu dan anggota kerajaan lainnya. Apabila melanggar hukumannya adalah hukuman mati". 

Alhasil para penjaga sang ratu pun hanya bisa menonton dan menyaksikan kejadian itu, Mereka bahkan diinstruksikan untuk tidak melakukan apa-apa oleh penjaga di kapal lain yang juga menyaksikan kejadian itu. Semua dilakukan demi menaati perintah kerajaan, yang dikeluarkan oleh ratu itu sendiri. Akibatnya Sang Ratu Sunandha Kumariratana dan putrinya tewas tenggelam. 

 

Karena kejadian itu akhirnya Raja Chulalongkorn kemudian segera menghapuskan peraturan tersebut. Sebagai wujud berkabung Sang Raja membangun sebuah monumen marmer untuk mendiang istri dan puterinya di istana Bang Pa-In. 


Amsal 16:5 

Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.


Selasa, 29 Maret 2022

SURAT KEMARAHAN

 

Edwin Stanton, Menteri Pertahanan kabinet Presiden Lincoln, dikenal dengan temperamennya yang keras dan mudah marah. Perang saudara yang melelahkan semakin memanaskan temperamennya.

Suatu hari ia berkeluh kesah kepada Lincoln tentang seorang jenderal. Lincoln lalu memerintahkannya untuk menulis sebuah surat, "Bikin jenderal itu tidak berkutik," kata Lincoln.

Stanton sangat senang menerima dukungan sang Presiden. Dengan segera ia menuliskan semua unek-uneknya. Pendek kata segala kekurangan dan kelemahan si jenderal sudah ditulisnya dengan detail. Ia lalu menunjukkan surat itu kepada Lincoln.

"Bagus," komentar Lincoln, "jenderal itu pasti akan mati kutu."

Ketika Stanton pamitan, Lincoln bertanya, "Mau diapakan surat itu?"

"Oh, tentu saja akan saya kirim," kata Stanton.

"Apa!" teriak sang Presiden. "Jangan pernah kau kirimkan surat itu, bakar sekarang juga! Itulah yang saya lakukan tiap kali marah, menulis surat dan kemudian membakarnya. Sudah cukup engkau mencaci dia melalui tulisan. Sekarang, lupakan surat itu!


Source : https://ilustrasipedia.gerry.id/2020/06/surat-kemarahan.html
Tama Sinulingga (ed.), Jangan Mau Jadi Paku, Jadilah Palu!, hlm. 198.

Minggu, 27 Maret 2022

Filosofi Transparansi, buat anakku terkasih..

Wahai anak2ku...

Mungkin saat membaca blog ini kau tak paham apa artinya Transparansi, karena banyak orang tak pernah sampai logika mereka untuk memahami kata ini.

Pandanglah kolam, Nak! Jika kau bisa menemukan kotoran-kotoran dan juga keindahan-keindahan di dasar kolam dengan sekali pandang, itulah Transparansi.

Transparansi bukanlah objek, tetapi sesungguhnya transparansi adalah medianya. Semakin jernih medianya, semakin transparan isi dalam media tersebut.

Jadi, nilai transparansi kolam yang kau pandangi itu, tergantung pada kejernihan air sebagai medianya. Kalau airnya keruh, kau tak bisa mengetahui apa yang ada dalam kolam itu.

Kau bisa tertipu dengan segala hal yang samar, yang kabur dan yang gelap. Berhati-hatilah, Nak! Jangan bermain-main di dalamnya. Sekali-kali jangan!