Rabu, 18 Agustus 2010

Kitab Kejadian Bertentangan Dengan Ilmu Pengetahuan?

Image


Banyak pertentangan telah terjadi antara ilmu pengetahuan dan agama Kristen. Beberapa di antara perbantahan yang paling parah menyangkut "hal-hal permulaan". Kesebelas pasal yang pertama dari kitab Kejadian, buku pertama Alkitab, menggambarkan hal-hal seperti permulaan alam semesta, matahari dan bintang, bulan dan bumi, kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan manusia.

Dalam kitab Kejadian terdapat kisah-kisah tentang Adam dan Hawa, Kain dan Habel, bapa-bapa leluhur Israel yang berumur panjang seperti Metusalah, dan air bah Nuh. Semua ini telah menjadi bahan pertikaian. Namun, lagi-lagi, banyak dari pertikaian itu tampaknya saja demikian, Banyak di antaranya terjadi karena ke-salahan dari kedua belah pihak, yaitu tafsiran-tafsiran salah tentang Alkitab yang berbenturan dengan teori-teori ilmu pengetahuan yang tak ada buktinya. Misalnya, ada ahli filsafat dan ilmuwan yang mengejek Alkitab karena mereka mengira Alkitab berkata bahwa bumi diciptakan dalam waktu enam hari, kira-kira 4000 tahun sebelum M.



Adakah Alkitab mengajarkan bahwa penciptaan berlangsung 4000 tahun seb. M.?


Banyak orang, baik Kristen maupun anti-Kristen, mengira demikian. Akan tetapi bukan begitu halnya. Masa penciptaan itu, tahun 4004 sM., adalah perhitungan seorang uskup agung bernama Usher, yang hidup pada abad ke-17. Oleh karena ia seorang uskup agung, maka orang beranggapan bahwa Ussher pastilah benar. Jadi, selama 300 tahun, perhitungan waktu tersebut tercantum pada pinggiran halaman sejumlah besar Alkitab. Para ilmuwan masa kini menertawai pendapat tentang tahun 4004 sM. itu, karena teori-teori dan penemuan-penemuan mereka menunjuk kepada bumi yang sudah sangat tua, boleh jadi berusia beberapa milyar tahun.

Akan tetapi apakah yang dikatakan oleh Alkitab? Sederhana saja: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Kapan "mulanya" itu? Alkitab tidak menyebutnya. "Mulanya" itu bisa saja beberapa ribu tahun yang lalu, atau bisa juga jutaan tahun yang lalu. Jadi, adakah pertentangan antara ilmu pengetahuan dengan Alkitab? Tidak, yang ada ialah pertentangan antara teori-teori tertentu dari ilmu pengetahuan dengan teori tertentu dari Uskup Agung Ussher.



Apakah yang membuat bab-bab pertama dari kitab Kejadian begitu penting? Apa yang diajarkan bab-bab itu?


Yang terpenting dalam bab-bab pertama dari kitab Kejadian adalah penyataan yang bagus sekali dari Tuhan, yang menangani hubungan-hubungan asasi alam semesta: hubungan Tuhan dengan alam; hubungan Tuhan dengan

manusia; hubungan manusia dengan alam; dan hubungan manusia dengan manusia. Bab-bab ini juga adalah asas bagi seluruh Alkitab. Setiap hukum moral dan rohani yang timbul kemudian dalam Alkitab, kokoh berdasar pada bagian karya cipta Tuhan ini.

Misalnya, Alkitab melarang pemujaan berhala karena itu berarti memuja yang diciptakan, bukan sang Pencipta. Membunuh adalah dosa karena hal itu adalah serangan terhadap ciptaan yang diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan. Manusia tidak boleh memuja bintang dan planit karena benda-benda ini hanya merupakan sebagian dari ciptaan Tuhan.

Bab-bab awal dari kitab Kejadian juga mengajarkan bahwa manusia tidak perlu takut akan kuasa-kuasa yang tak kelihatan, hantu-bantu atau setan-setan, karena Tuhan menciptakan segala-galanya, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, dan Ia berkuasa atas segala-galanya itu. Manusia seharusnya hidup seperti bersaudara, karena baik orang berkulit hitam, putih maupun kuning, berasal dari satu darah, semua kita mempunyai satu Pencipta. Perceraian bertentangan dengan tujuan Allah dalam membuat pria dan wanita menjadi "satu tubuh" dalam perkawinan.

Ini hanya beberapa contoh. Carilah contoh-contoh lain dalam Kejadian pasal 1-11. Juga cari dalam Kesepuluh Firman, dalam amanat-amanat para nabi, dalam ajaran-ajaran Yesus Kristus. Dalam setiap hal, Anda akan melihat bahwa setiap hukum moral dan rohani dibangun atas kisah penciptaan dalam kitab Kejadian.



Apakah orang-orang Kristen harus "mengabaikan" ilmu pengetahuan karena ada ilmuwan tertentu yang menyerang Alkitab?


Orang-orang Kristen tidak bisa mengabaikan kritik-kritik ilmiah, betapapun tidak wajarnya dan tak berdasarnya kritik-kritik ini. Meskipun ada ilmuwan tertentu yang agnostik dan ateis, akan tetapi ilmu sendiri adalah suatu pengetahuan yang obyektif, yang mencari kebenaran di mana saja kebenaran bisa diperoleh. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan tentang luasnya alam semesta serta desain bumi dan manusia sendiri yang ruwet itu, semuanya membuat orang Kristen yakin akan daya cipta Tuhan yang berdaulat. Namun, orang Kristen tidak dapat mengabaikan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan lainnya, umpamanya umur bumi dan fosil-fosil dinosaurus, semata-mata karena penemuan-penemuan ini tampaknya sukar "dicocokkan dengan Alkitab."

Orang Kristen harus bergerak terus atas dasar prinsip bahwa Allah adalah Pencipta alam dan oleh karena itu juga merupakan Pencipta dari ilmu, yakni studi tentang alam. Allah juga Pengarang Alkitab. Oleh karena itu, akhirnya ilmu pengetahuan dan Alkitab tidak bisa bertentangan, sekalipun boleh jadi tampaknya ada pertentangan-pertentangan yang tak terselesaikan pada zaman sekarang.



Jadi bagaimana orang Kristen menerangkan "keenam hari penciptaan" dalam Kejadian bab 1 itu?


Teori jurang merupakan salah satu di antara usaha-usaha orang Kristen yang paling terkenal untuk mencocokkan isi Alkitab dengan usia bumi yang sangat tua itu, serta penemuan-penemuan fosil yang menunjukkan bahwa dinosaurus pemah menjelajahi bumi ini. Teori jurang ini dikembangkan oleh George H. Pember dalam abad ke-19. Menurut teori itu, antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2 boleh jadi terdapat kurun waktu yang tak dapat ditentukan - dari ribuan hingga jutaan tahun dan bahwa masa atau "jurang" ini bisa merupakan masa lama yang dilaporkan oleh para ilmuwan dalam penemuan-penemuan geologis masa sekarang.

Ahli geologi Edwin K. Gedney berkata bahwa penganut teori jurang membaca kedua ayat pertama dari kitab Kejadian sebagai berikut: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan (setelah kurun waktu tak terbatas yang sesuai dengan umur-umur geologis) bumi menjadi tandus dan kosong." [2] Tafsiran penganut teori jurang tentang ayat itu memberikan implikasi bahwa alam semesta mungkin sudah ada sejak waktu yang lama, lalu setidak-tidaknya permukaan bumi mengalami suatu masa bencana dan bagian terbesar dari atau seluruh kehidupannya punah. Setelah bencana itu, Tuhan menciptakan kembali bumi dalam tempo enam hari yang masing-masing lamanya 24 jam.


Image


Ajaran-ajaran lainnya dalam teori jurang itu mengemukakan bahwa selama kurun waktu antara ayat 1 dan ayat 2 dalam Kejadian, terjadilah kejatuhan malaikat-malaikat (2 Petrus 2:4; Yudas 6) dan kejatuhan Iblis (Yesaya 14:12-14). Penganut teori jurang berkata bahwa Kejadian 1: 1 menggambarkan ciptaan sempurna yang asli, dan Kejadian 1:2 menggambarkan bagaimana ciptaan yang sempurna ini dimusnahkan oleh Tuhan karena pemberontakan Iblis dan malaikat-malaikat jahat itu.

Sekalipun teori jurang itu telah membantu banyak orang Kristen mencocokkan keterangan geologis dan fosil-fosil dinosaurus dengan Kejadian 1: 1-26, masih banyak juga pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dalam benak para sarjana Kristen. Almarhum Dr. C.I. Scofield (The Scofield Reference Bible) berpegang pada teori jurang itu dan membantu mempopulerkannya. Dalam suatu catatan-kaki mengenai Kejadian 1 :2, Scofield berkata, "Yeremia 4:23-26; Yesaya 24:1 dan 45:18 jelas menyatakan bahwa bumi telah mengalami perubahan besar sebagai akibat penghukuman ilahi. Wajah bumi di mana-mana menampakkan tanda-tanda bencana seperti itu. Juga tidak kurang tanda-tanda yang menghubungkannya dengan pengujian dan kejatuhan para malaikat sebelumnya. Lihat Yehezkiel 28: 12-15 dan Yesaya 14:9-14, yang sudah tentu mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya hubungan harfiahnya dengan raja¬raja Tirus dan Babel." [2]

Namun, The New Scofield Reference Bible, yang direvisi dan diterbitkan kembali pada tahun 1967, memberikan dua tafsiran utama bagi Kejadian 1:1,2. Yang pertama ialah teori jurang. Pandangan yang satu lagi dinamakan tafsiran "kekacauan semula", yang menunjukkan bahwa tidak ada yang kosong atau "jurang" antara ayat 1 dan ayat 2 dan bahwa kata-kata "belum berbentuk dan kosong" dalam ayat 2 merupakan gambaran dari suatu zat tanpa bentuk dalam tahap pertama pencip¬taan alam semesta. [3]

Dewasa ini banyak sarjana Kristen berpendapat bahwa tafsiran "kekacauan semula" atas Kejadian 1: 1,2 itu adalah pandangan yang lebih cermat daripada teori ju¬rang. Sarjana-sarjana ini menunjukkan kesulitan-kesulitan dalam teori jurang berdasarkan alasan-alasan bahasa dan geologi. Banyak ahli bahasa Ibrani mengemukakan bahwa menafsirkan ayat 2 sebagai "bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong" (daripada "adalah tidak berbentuk dan kosong") adalah tidak akurat (cermat) dan dipaksakan.

Para ahli geologi Kristen juga melihat banyak masalah dalam teori jurang. "Bencana" mana yang dimaksudkan teori jurang itu? Perkembangan fosil-fosil dalam batu-batuan secara teratur, yang merupakan argumen baku yang digunakan oleh para penganut paham evolusi untuk teori evolusi organik mereka, tidak dapat dijelaskan. Bagi banyak sarjana Kristen, teori jurang itu tampaknya terlalu banyak menafsirkan apa yang sebetulnya tidak ada dalam teks. [4]


Image


Lihat Artikel terkait :
Mengapa Tuhan Memerlukan 6 Hari ? di http://www.sarapanpagi.org/6-hari-penci ... vt399.html



Jika teori jurang tidak umum diterima, bagaimanakah tafsiran-tafsiran lainnya tentang Kejadian pasal 11


Geologi air bah adalah suatu pendekatan yang berbeda, yang menerangkan fosil-fosil dalam batu-batuan dan berbagai lapisan geologis dengan mengatakan bahwa semua gejala geologis ini disebabkan oleh banjir besar yang dikisahkan dalam Kejadian pasal 6-8. Orang-orang dari golongan geologi air bah ini berkata bahwa keenam hari yang disebut dalam Kejadian bab 1 itu adalah masa-masa 24 jam yang berurutan, yang terjadi kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Geologi air bah ini populer pada abad 'ke-18, tetapi tersingkir pada abad ke-19 dengan kepercayaan pada kurun waktu yang lama dan geologi "keseragaman", yang dikemukakan oleh Sir Charles Lyell, bapak ilmu geologi modern.

Akan tetapi, pada abad ke-20 geologi air bah hidup kembali, dimulai dengan ajaran-ajaran George McCready Price, yang menulis The New Geology pada tahun 1923. Price sangat menentang pendapat geologi keseragaman yang berpendapat bahwa lapisan batu-batuan yang bermacam-macam itu telah tertumpuk dalam gaya seragam yang tak berubah-ubah selama kurun waktu yang lama sekali, menurut hukum-hukum fisika dan kimia. (Dengan menggunakan peralatan yang dapat mengukur radioaktivitas dalam lapisan batu-batuan, orang-orang dari golongan geologi keseragaman menentukan umur bumi ini sudah tiga milyar tahun lebih).

Orang-orang dari golongan geologi air bah menolak cara-cara penentuan umur berdasarkan radioaktivitas itu dan menganggap bahwa cara-cara itu sangat diragu-kan dan tidak cermat. Mereka berpendapat bahwa bumi ini jauh lebih muda dari tiga milyar tahun, sedangkan mengenai lapisan batu-batuan dan fosil-fosil, mereka menjelaskan bahwa semua ini terjadi karena pelengkungan-pelengkungan yang disebabkan bencana, yang ditimbulkan oleh air bah yang disebut dalam kitab Kejadian itu.

Sekalipun berbeda jauh dari teori jurang, geologi air bah memiliki daya penarik yang sama karena ia juga memberi keterangan tentang segi-segi geologis dari batu-batuan itu. Geologi air bah juga memberi pukulan yang mematikan bagi teori evolusi, karena ia tidak memungkinkan adanya kurun-kurun waktu yang lama yang diperlukan untuk proses evolusi organik itu.

Namun, banyak sarjana Kristen, termasuk para ahli geologi Kristen, sungguh-sungguh meragukan pendapat golongan geologi air bah itu, dan berkata bahwa kum-pulan bukti-bukti . yang dikemukakan golongan geologi keseragaman tidaklah bisa diabaikan semudah itu. Para ahli geologi Kristen yang berpegang pada geologi keseragaman, mengemukakan bukti seperti lapisan batu bara yang ada di seluruh bumi ini, yang kelihatannya telah terbentuk oleh pertumbuhan ratusan kali. Tumbuh-tumbuhan secara berturut-turut. Sebuah bukti baku lainnya yang biasanya dikemukakan ialah lapisan batu-batuan yang bisa dilihat, seperti tempat yang bernama Specimen Ridge di taman Yellowstone, yang memperlihatkan betapa 18 hutan beruntun telah disapu bersih oleh lahar, yang nampaknya terjadi dalam waktu beribu-ribu tahun.

Asas-asas geologi air bah telah dikemukakan dalam tahun-tahun belakangan ini oleh Henry Morris, Ph.D., Profesor dan Kepala Departemen Teknik Sipil pada Vir-ginia Polytechnic Institute dan John C. Whitcomb, Jr., Ph.D., Profesor Perjanjian Lama pada Grace Theological Seminary di Winona Lake, Indiana. Dalam buku mereka The Genesis Flood ("Bab yang Disebut dalam Kitab Kejadian") Morris dan Whitcomb menentang keras semua asas geologi keseragaman dan mengemukakan penjelasan-penjelasan mereka sendiri tentang lapisan-lapisan batu bara, Specimen Ridge di taman Yellowstone dan lapisan batu-batuan lainnya. Whitcomb dan Morris mengemukakan pendapat mereka bahwa semua gejala ini dapat diterangkan sebagai akibat dari banjir besar pem bawa bencana yang melanda seluruh bumi, yang menurut mereka adalah air bah yang disebut dalam kitab Kejadian itu, dan yang menurut mereka juga disertai gempa-gempa bumi yang dahsyat serta gelombang-gelombang pasang yang berkecepatan ribuan mil sejam. [5]

Baik teori jurang maupun geologi air bah menafsirkan keenam hari penciptaan itu secara harfiah sebagai hari-hari yang masing-masing lamanya 24 jam. Akan tetapi mereka yang melihat kesulitan-kesulitan dalam teori jurang dan geologi air bah karena alasan-alasan tersebut di atas, menafsirkan keenam hari itu dengan cara lain, yang mereka rasa membantu menjelaskan usia zaman-zaman geologis dan fosil-fosil itu.



Pernahkah keenam hari dalam Kejadian bab 1 itu ditafsirkan lain dari hari-hari yang masing-masing lamanya 24 jam?


Teori hari yang merupakan zaman didasarkan pada pandangan bahwa kata Ibrani יום - YOM dalam Kejadian pasal 1, yang diterjemahkan dengan kata "hari", bisa juga diterjemahkan dengan kata "waktu" atau "zaman". Raymond F. Surburg mencatat bahwa kata יום - YOM muncul kurang lebih 1480 kali dalam Perjanjian Lama dan bisa diterjemahkan dengan 50 istilah yang berlainan, seperti "hidup" dan "untuk selama-lamanya" disamping kata-kata seperti "hari" atau "waktu".

Surburg menunjukkan bahwa kata יום - YOM dipakai dalam tiga cara dalam Kejadian 1: 1-2:4. Dalam Kejadian 1: 5 kata "hari" digunakan untuk menyatakan bagian yang terang dari hari (sebagai lawan malam), maupun kurun waktu yang tertentu yang disebut sebagai "satu hari".

Dalam Kejadian 2:3, "hari" jelas dipakai untuk mengacu kepada keenam "hari" yang disebutkan dalam Kejadian bab 1. Para penganut teori zaman-hari menarik kesimpulan bahwa sesungguhnya tidak bisa ditentukan dari konteks Kejadian 1: 1-2 :4, berapa lama waktu yang dimaksud oleh kata יום - YOM itu. [6]

Suatu alinea dalam The New Scofield Reference Bible menunjukkan kata-kata malam dan siang boleh jadi terbatas artinya pada "hari matahari", akan tetapi pemakaian parabolis yang begitu sering dari gejala alam bisa membenarkan kesimpulan bahwa itu berarti bahwa setiap hari penciptaan adalah suatu kurun waktu yang ditandai dengan suatu awal dan akhir ... betapapun juga matahari tidak menjadi ukuran waktu sebelum hari yang keempat, seperti tampak dalam ayat-ayat 14-18. [7]

Keenam hari penciptaan itu, demikian kata para penganut teori zaman hari, secara kasar cocok dengan waktu-waktu geologis yang lama dan menyatakan tahap-tahap penciptaan yang progresif', bukan enam hari penciptaan dalam arti harfiah. Oleh karena itu, seorang penganut teori zaman-hari bisa menerima usia bumi sesuai . dengan perkiraan bagan waktu geologis yang memanjang ke belakang selama beberapa milyar tahun.

Dalam menentang teori zaman-hari itu, Raymond Surburg mengecam penafsiran kata yom sebagai kurun waktu yang lama dengan mengemukakan bahwa:

(1) Suatu prinsip "hermeneutika (ilmu tafsir) yang mapan ialah bahwa orang yang mempelajari Alkitab harus berpegang pada arti asli dan harfiah dari suatu kata kecuali apabila ada alasan yang memaksa untuk menerima penafsiran secara kiasan. Surburg berpandapat bahwa tidak ada alasan untuk menafsirkan Kejadian pasal 1 secara kiasan.

(2) Surburg berpendapat bahwa kebanyakan kamus Ibrani yang paling baik tidak mengakui atau membenarkan tafsiran "suatu kurun waktu" sebagai masa yang berlangsung jutaan tahun.

(3) Dalam Perjanjian Lama, jika kata יום - YOM dikaitkan dengan angka yang pasti, maka hari mataharilah yang dimaksudkan. Surburg mengutip Kejadian 7:11, 8:14; 17:12 dan Keluaran 12:6 sebagai contoh.

(4) Susunan kata dalam Kejadian 1 tampaknya menunjukkan suatu waktu yang singkat untuk tmdakan-tindakan penciptaan yang dikisahkan itu, Tidak ada sesuatu yang mengisyaratkan masa yang berlangsung lama sekali. Akan tetapi tindakan yang seketikalah yang tampaknya ditekankan.

(5) Surburg juga berpendapat bahwa menafsirkan kata יום - YOM sebagai kurun waktu yang lama tidak berhasil mengadakan keserasian yang diharapkan antara evolusi dan Alkitab. Menurut Surburg, geologi tidak mengajarkan evolusi;bumi dalam enam zaman geologi, juga urut-urutan peristiwa dalam kitab Kejadian itu tidak sesual dengan urut-urutan dalam bagan evolusi. [8]



Yang mana tafsiran yang "tepat" dari Kejadian pasal 1?


Apakah orang Kristen harus malu karena tidak bisa memberi-jawaban yang mutlak atas pertanyaan ini? Sama sekali tidak. Para ilmuwan pun mempunvai masalah-masalah yang serupa. Misalnya: apakah terang itu? Gelombangkah atau partikelkah? Buktinya bertentangan. Kadang-kadang tampaknya begini, kadang-kadang begitu. Kebanyakan ilmuwan tidak tahu. Menurut Sir William Bragg, "Kami mengajarkan teori kuantum (partikel) pada hari-hari Senin, Rabu dan Jumat, dan teori gelombang pada hari-hari Selasa, Kamis dan Sabtu."[9] Dengan kata lain, para ilmuwan mempunyai fakta-fakta yang memerlukan suatu teori yang memadai untuk menerangkannya, Sejauh mengenai Kejadian pasal 1, orang Kristen bisa menganggap dirinya berada dalam posisi yang sama.

Orang-orang Kristen yang tulus mungkin mempunyai pendapat yang berbeda tentang arti yang sesungguhnya dari kata-kata tertentu dalam Kejadian pasal 1 atau masa waktu yang diperlukan oleh penciptaan itu. Akan tetapi semua orang Kristen sepakat mengenai kebenaran-kebenaran teologis yang agung yang terkandung dalam bagian pertama Alkitab itu.

Orang-orang Kristen sepakat bahwa Kejadian pasal 1 menetapkan bahwa Allah dalam Alkitab adalah Allah yang menciptakan. Dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, kitab Kejadian memberitahukan kepada kita apa yang sesungguhnya perlu kita ketahui: Allah menciptakan alam semesta. Allah menciptakan semua yang hidup. Allah menciptakan kita.

Jelas, kisah dalam Kejadian pasal 1 itu tidak ditulis dalam bahasa ilmiah. Sesungguhnya, inilah salah satu di antara ciri-ciri utama pengilhamannya yang ilahi itu. Andaikata kisah itu ditulis dalam bahasa ilmiah zaman kita sekarang, maka orang-orang yang hidup dalam zaman Alkitab tidak akan bisa memahaminya dan boleh dipastikan ia akan sudah ketinggalan zaman serta tidak cermat lagi seabad dari sekarang. [10] Alkitab ditulis untuk semua orang di mana saja - untuk orang dari segala zaman.

Semuanya ini pokoknya demikian: Alkitab tidak menuntut agar dianggap sebagai catatan ilmiah, akan tetapi ia juga tidak bisa dibuktikan tidak ilmiah. Alkitab secara gamblang mengajarkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, akan tetapi ia tidak memberikan perincian-perincian yang ilmiah. Ia tidak bisa dibuktikan atau dinyatakan tidak terbukti menurut pembuktian ilmiah masa-kini, Seperti dikatakan oleh seorang sarjana Alkitab, tidak ada jalan menelusuri kejadian alam sejak awalnya. Soalnya terletak di luar bidang dan kesanggupan ilmu pengetahuan alam. [11]


Image


Sementara akal manusia yang bersifat bertanya-tanya berusaha mencocokkan kisah penciptaan menurut Kitab Kejadian itu dengan bukti-bukti dari dunianya, maka hal ini tidak menghilangkan fakta bahwa Roh Allah tidak menyuruh Musa menerangkan bagaimana Tuhan menggunakan waktu untuk menyelesaikan penciptaan itu. Mengapa harus mengurangi kebesaran kisah Kejadian itu menjadi peristilahan ilmiah?

Orang-orang Kristen harus terbuka bagi gagasan-gagasan ilmu dan jangan menjadi panik setiap kali suatu penemuan baru diumumkan. Dan orang-orang Kristen harus terbuka bagi penafsiran-penafsiran Alkitab, namun tidak perlu harus terikat pada penafsiran-penafsiran ini sampai-sampai iman dan kepercayaan pribadi kepada Yesus Kristus bergantung kepada suatu tafsiran tertentu.

Berabad-abad yang lalu, Augustinus memberikan nasihat yang sangat baik bahwa kita hendaknya jangan terburu-buru menerima begitu saja sesuatu pendapat, karena selalu ada kemungkinan bahwa suatu pandangan yang diterima secara tergesa-gesa ternyata salah, dan apabila kepercayaan kita bergantung kepada pandangan itu, maka kepercayaan kita itu pun bisa nampak salah. Dan kita akan membela kebenaran pendapat-pendapat kita, bukan doktrin-doktrin yang sebenarnya dari Alkitab. [12]





Catatan :
[1] Lihat artikel "Geology and the Bible ," oleh Edwin K. Ged-ney dalam buku Modern Science and the Christian Faith, Scripture Press, 1948, hlm. 47.

[2] Lihat The Scofield Reference Bible, Oxford University Press. 1909. hlm, 3.

[3] Lihat The New Scofield Reference Bible, Oxford University Press, 1967. hlm. 1.

[4] Untuk keterangan-keterangan mengenai teori gap, lihat Mo-dern Science and the Christian Faith, Edwin Gedney, hlm. 47, 49; Creation Revealed, F .A. Filby. Revell, 1964. hlm. 55-58; The Christian View of Science and Scripture, Bernard Ramm, Eerdrnans, hlm. 195-210.

[5] The Genesis Flood, John C. Whitcomb, Jr. dan Henry Manis, Presbytcrian and Reforrned Publishing Company, 1961. Terutama lihat Bab 4- 7.

[6] Lihat Darwin. Evolution and Creation, diedit oleh Paul F.
Zimmerrnan , Coneordia Publishing House, 1959, hlm. 59.

[7] The Nes Reference Bible, hlm. 2.

[[8] Lihat Darwin. Evo/lIlion and Creation, hlm. 59,60. Dr. Surburg. Profesor Teologi, Concordia Teachers, College, adalah salah satu dari empat penulis buku ini.

[9] Lihat Science ls a Sacred Cow, Anthony Standen, E.P. Dutton, 1950. Dutton paperback edition, hlm. 68.

[10] The New Bible Commentary , diedit oleh F. Davidson, Wm. B. Eerdmans, Publishing Co, hlm. 76.

[11] Lihat The Way, the Truth and the Life, John R. Lavik, Agsburg Publishing House, 1957, hlm. 37.

[12] Ini adalah saduran dari kata-kata Augustinus dalam De-Genesi ad Litteram. Seluruh pernyataan Augustinus dikutip dalam Modern Science and the Christian Faith, Scripture Press, 1950, hlm. 57.



Disalin dari :
Fritz Ridenour, Dapatkah Alkitab dipercaya?, BPK Gunung Mulia, 2001, terj. S Siregar, p 172-188.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Sebenarnya tidak ada satu ayat alkitabpun yg menyatakan bahwa usia alam semesta 6000 tahun. perhitungan ini di dapati berdasarkan penghitungan usia adam hingga kristus oleh seorang uskup tolo yg menafsirkan kata "hari" dalam alkitab sebagai hari harafiah. padahal kata hari disitu jelas bermakna sebagai tahapan. yaitu proses penciptaan yg alam semesta hingga manusia planet bumi yg di gambarkan berlangsung selama 6 tahap.