Minggu, 28 Oktober 2012

JANJI TUHAN PASTI DIGENAPI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2012 -

Baca:  Habakuk 2:1-5

"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  Habakuk 2:3

Benar apa yang dikatakan oleh pemazmur demikian,  "Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Nabi Habakuk memberi nasihat agar kita tidak putus asa dan terus menanti-nantikan Tuhan pada waktu kelihatannya janji Tuhan itu berlambat-lambat, karena pada saatnya  "...sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (ayat nas).  Inilah yang dilakukan oleh Abraham:  Tidak bimbang dan tetap menanti janji Tuhan, "...malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."  (Roma 4:20-21).  Abraham tidak terpengaruh dengan situasi dan kondisi yang ada, tapi berusaha untuk menyingkirkan segala kebimbangan yang ada dan menguatkan iman percayanya bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa untuk melakukan segala perkara.

     Bagaimana kita?  Seringkali sikon mempengaruhi sikap kita terhadap janji Tuhan.  Kita dikalahkan dengan apa yang terlihat oleh mata jasmani kita sehingga kita pun bertanya dalam hati,  "Apakah benar janji Tuhan itu?  Apakah Tuhan sanggup menyembuhkan sakitku, sedangkan dokter saja sudah angkat tangan?"  Mari, jangan biarkan logika kita membatasi cara Tuhan bekerja karena sampai kapan pun kita tidak akan mampu menyelami pikiran Tuhan,  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan."  (Yesaya 55:8).  Justru dalam keadaan demikian, kita harus makin melekat kepada Tuhan.

     Banyak dari kita yang tidak lagi bersemangat mengiring Tuhan dan meninggalkan jam-jam ibadahnya oleh karena kita belum memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita.  Bukannya Tuhan lupa dan ingkar terhadap apa yang Dia janjikan, namun terkadang Tuhan ijinkan hal itu terjadi karena Dia ingin memproses dan mendewasakan kita.

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  1 Korintus 2:9

JANJI TUHAN PASTI DIGENAPI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2012 -

Baca:  Habakuk 2:1-5

"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  Habakuk 2:3

Benar apa yang dikatakan oleh pemazmur demikian,  "Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Nabi Habakuk memberi nasihat agar kita tidak putus asa dan terus menanti-nantikan Tuhan pada waktu kelihatannya janji Tuhan itu berlambat-lambat, karena pada saatnya  "...sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (ayat nas).  Inilah yang dilakukan oleh Abraham:  Tidak bimbang dan tetap menanti janji Tuhan, "...malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."  (Roma 4:20-21).  Abraham tidak terpengaruh dengan situasi dan kondisi yang ada, tapi berusaha untuk menyingkirkan segala kebimbangan yang ada dan menguatkan iman percayanya bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa untuk melakukan segala perkara.

     Bagaimana kita?  Seringkali sikon mempengaruhi sikap kita terhadap janji Tuhan.  Kita dikalahkan dengan apa yang terlihat oleh mata jasmani kita sehingga kita pun bertanya dalam hati,  "Apakah benar janji Tuhan itu?  Apakah Tuhan sanggup menyembuhkan sakitku, sedangkan dokter saja sudah angkat tangan?"  Mari, jangan biarkan logika kita membatasi cara Tuhan bekerja karena sampai kapan pun kita tidak akan mampu menyelami pikiran Tuhan,  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan."  (Yesaya 55:8).  Justru dalam keadaan demikian, kita harus makin melekat kepada Tuhan.

     Banyak dari kita yang tidak lagi bersemangat mengiring Tuhan dan meninggalkan jam-jam ibadahnya oleh karena kita belum memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita.  Bukannya Tuhan lupa dan ingkar terhadap apa yang Dia janjikan, namun terkadang Tuhan ijinkan hal itu terjadi karena Dia ingin memproses dan mendewasakan kita.

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  1 Korintus 2:9

Sabtu, 27 Oktober 2012

JANJI TUHAN PASTI DIGENAPI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2012 -

Baca:  Roma 4:18-25

"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Roma 4:19

Kebimbangan adalah senjata ampuh yang dipakai Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan iman orang percaya.  Rasa bimbang inilah yang mengakibatkan doa-doa kita tidak beroleh jawaban dan kita tidak dapat menikmati janji Tuhan.  Tertulis:  "asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:23b).  Yakobus juga menegaskan bahwa  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.  Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Banyak anak Tuhan yang mudah kecewa, menyerah di tengah jalan dan tidak lagi bertekun mencari Tuhan saat mereka belum mengalami penggenapan janji Tuhan.

     Mari kita belajar dari kehidupan Abraham yang tetap tekun menantikan janji Tuhan meski harus melalui proses yang begitu lama.  Alkitab mencatat bahwa Tuhan menjanjikan keturunan kepada Abraham, bahkan Dia akan membuat keturunannya seperti debu tanah banyaknya  (baca  Kejadian 13:16)  dan juga seperti bintang-bintang bertebaran di langit  (baca  Kejadian 15:5).  Terhadap janji Tuhan ini  "...percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."  (Kejadian 15:6).  Padahal secara manusia itu mustahil, karena pada saat menerima janji Tuhan itu usia Abraham sudah tua dan rahim isterinya sudah tertutup karena juga sudah berusia lanjut.  Karena itu mereka sempat tertawa ketika mendengar janji Tuhan tersebut.  Tapi akhirnya janji Tuhan benar-benar digenapi,  "Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.  Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya."  (Kejadian 21:2, 5).

     Proses penantian Abraham terhadap janji Tuhan ini bukanlah pekerjaan yang mudah karena ia harus menantikan janji Tuhan dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan selama bertahun-tahun.

Sabtu, 20 Oktober 2012

JANGAN TAMAK TERHADAP KEKAYAAN! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2012 -

Baca:  Lukas 12:13-21

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Lukas 12:15

Rasul Paulus berpesan kepada Timotius untuk memperingatkan orang kaya  "...agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati."  (1 Timotius 6:17), karena kekayaan itu hanya bersifat sementara.  Karena itu mereka (orang kaya) harus banyak  "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."  (1 Timotius 6:18-19).  Sering kita temui banyak orang kaya yang malah pelit dan kikir, kurang peka terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya yang hidup dalam kekurangan.  Kalaupun tergerak hati untuk menolong, itu pun karena ada motivasi tertentu:  supaya dipuji dan dihormati, supaya namanya tertulis di media atau tampil di layar kaca dan sebagainya, sehingga Alkitab menegaskan bahwa orang yang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.  (baca 1 Korintus 6:9-10).

     Ketiga, kekayaan dapat menjerumuskan kita dalam dosa.  Demi mengejar harta kekayaan, seseorang akan nekat melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran firman Tuhan:  menipu, korupsi, merampok dan sebagainya.  Ketamakan telah menjerat hatinya!  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:10).  Bukan hanya itu, seringkali dengan kekayaan yang dimiliki, seseorang menjadi sombong atau tinggi hati.

     Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita mencintai uang lebih dari segalanya karena hal itu dapat membuat kita menjadi tamak terhadap kekayaan.  Belajarlah juga untuk mencukupkan diri dengan berkat yang ada.

Jangan sekali-kali mengandalkan kekayaan karena itu bersifat tidak pasti  (baca  Amsal 23:4-5), tapi andalkan Tuhan dalam segala hal dan gunakan kekayaan yang ada sebagai sarana untuk memuliakan nama Tuhan, dan menjadi saluran berkat bagi orang lain!

JANGAN TAMAK TERHADAP KEKAYAAN! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2012 -

Baca:  Amsal 11:1-31

"Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda."  Amsal 11:28

Tidak ada seorang pun manusia di dunia ini mau hidup dalam kemiskinan atau hidup dalam kekurangan.  Semua orang ingin hidup berkecukupan dan berkelimpahan materi.  Harta atau kekayaan menjadi dambaan setiap orang.  Secara manusia keinginan seperti itu tidaklah salah dan juga bukanlah dosa.  Namun bila kita tidak berhati-hati dalam mengejar kekayaan, kita akan jatuh, "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.  Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:9-10).  Karena itu kita harus selalu waspada agar kita tidak terjerat dalam ketamakan ketika kita mengejar harta atau kekayaan.

     Pemahaman kita terhadap kekayaan akan menentukan sikap hati kita terhadap kekayaan itu sendiri.  Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan:  pertama, sebesar apa pun kekayaan yang kita peroleh tidak akan pernah memberikan rasa cukup.  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9).  Kita akan selalu merasa kurang dan kurang.  Akibatnya kita terus bekerja keras siang dan malam supaya kekayaan kita terus bertambah.  Tidak sedikit dari kita yang akhirnya sampai lupa waktu:  lupa berdoa, lupa baca firman dan lupa ibadah, karena terus 'kejar setoran'.

     Kedua, kekayaan itu tidak kekal.  Dikatakan, "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  (1 Timotius 6:7).  Kita tidak akan membawa apa-apa ketika kita mati kelak.  Apalah artinya hidup ini bila kita berlimpah kekayaan di dunia fana, tetapi kelak kita akan binasa?  FirmanNya menasihati, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:19-20).

Selasa, 16 Oktober 2012

KUNCI MENGALAMI KETENANGAN HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Oktober 2012 -

Baca:  Mazmur 62:1-13

"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."  Mazmur 62:2

Di manakah kita akan menemukan ketenangan dalam hidup ini?  Banyak orang berpikir bahwa hidup tenang hanya akan mereka rasakan ketika mereka punya uang ratusan juta atau deposito di bank, kekayaan yang melimpah, punya satpam yang menjaga rumah kita selama 24 jam penuh dan sebagainya.  Fakta membuktikan, banyak orang kaya yang hidupnya tidak tenang: selalu was-was dengan hartanya, kuatir dengan perusahaannya dan lain-lain.  Namun pemazmur menegaskan bahwa orang yang tinggal di dalam Tuhan (dekat dengan Tuhan) pasti akan mengalami ketenangan dalam hidupnya.  Masalah boleh saja datang, namun kita percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita.  Tertulis:  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).

     Hidup dalam ketidaktenangan, kacau, kuatir, cemas, panik dan lain-lain adalah hal yang sangat disukai oleh Iblis.  Sebab orang yang tidak tenang dalam hidupnya pasti akan mengalami kesulitan untuk berdoa dan fokus kepada Tuhan.  Itulah sebabnya Rasul Petrus menasihati,  "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b).  Doa yang lahir dari hati yang tenanglah yang dapat merasakan hadirat Tuhan.

     Apa kunci mengalami ketenangan?  Pertama, dekat dengan Tuhan atau memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan (ayat nas).  Ini berarti kita tidak meninggalkan jam-jam doa dan juga ibadah kita.  Daud adalah contoh pribadi yang sangat dekat dengan Tuhan.  "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!  Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:2, 11).  Kedua, punya penyerahan diri kepada Tuhan.  Artinya kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan.  Nasihat Daud,  "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak."  (Mazmur 37:5).  Ketiga, hidup dalam kebenaran.  Ada tertulis:  "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  (Yesaya 32:17).

Di dalam dekat dengan Tuhan, berserah diri dan senantiasa hidup dalam ketaatanlah kita akan mengalami ketenangan hidup!

Minggu, 14 Oktober 2012

MILIKILAH HATI YANG TAAT (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Oktober 2012 -

Baca:  Mazmur 86:1-17

"Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu."  Mazmur 86:11

Kehidupan orang Kristen sungguh-sungguh tidak bisa dipisahkan dari ketaatan, sebab kita harus hidup dalam kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri.  Jadi harus ada penyangkalan diri!  Seringkali kita taat asal itu menyenangkan hati dan menguntungkan kita.  Bila harus berkorban dan itu sakit bagi daging, kita akan memberontak dan menolak untuk taat.  Tuhan menghendaki kita untuk taat di dalam segala perkara, dan selalu ada upah bagi orang-orang yang taat.  Karena itu sebagai orang percaya hendaknya kita belajar taat kepada Tuhan:  memahami kehendakNya dan melaksanakan firmanNya dengan sungguh-sungguh.

     Percayalah!  Ketika kita hidup dalam ketaatan kita akan memperoleh berkat dan mengalami mujizat dari Tuhan.  Ketika Raja Nebukadnezar memerintahkan seluruh rakyatnya untuk menyembah kepada patung, Sadrakh, Mesakh dan Abenego menolaknya dan tetap memilih untuk menyembah kepada Tuhan yang hidup, apa pun resikonya.  Raja pun menjadi sangat marah, lalu ia memerintahkan tentaranya untuk mencampakkan ke-3 pemuda tersebut ke dalam perapian yang menyala-nyala (dibuat tujuh kali lebih panas dari biasanya).  Matikah mereka?  Alkitab menyatakan bahwa mereka tetap hidup meski berada dalam perapian karena Tuhan menjadi pembelanya.  Mereka mengalami pertolongan Tuhan yang dahsyat dan luar biasa (baca Daniel 3:16-27).

     Ketaatan membuka kesempatan bagi kita untuk mengalami dan merasakan campur tangan Tuhan.  Jangan taat hanya karena kita sedang dalam masalah dan pergumulan yang berat, lalu ketika keadaan membaik kita sudah tidak lagi taat kepada Tuhan;  atau kita taat karena kita sungkan kepada hamba Tuhan dan supaya dilihat dan dipuji oleh orang.  Sia-sialah ketaatan yang demikian!  Biarlah ketaatan kita kepada Tuhan didasari oleh karena kita takut akan Dia dan sangat mengasihi Dia.  Ingat, kedatangan Tuhan sudah semakin dekat!  Dia datang untuk menjemput anak-anakNya yang hidup dalam ketaatan sampai akhir.

Jika kita tidak taat, kita akan menjadi orang-orang yang tertinggal.

ORANG KRISTEN YANG SABAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2012 -

Baca:  Kolose 3:5-17

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."  Kolose 3:13

Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan orang yang sabar.  Banyak orang cenderung cepat-cepat dan sembarangan dalam mengerjakan segala sesuatu.  Atau ketika dalam masalah dan pergumulan, kita sering mendengar nasihat yang mengatakan, "Yang sabar ya."  Lalu kita pun menimpali: "Kesabaran kan ada batasnya."  Sebenarnya, apa itu kesabaran?

     Kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan;  kesabaran adalah lawan dari kemarahan yang tidak pada tempatnya, kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi situasi-situasi sulit;  sifat tenang;  tabah;  tidak tergesa-gesa atau terburu nafsu.  Ketika orang lain marah, menyakiti atau berbuat jahat kepada kita, tanpa pikir panjang kita ingin segera mendamprat atau membalasnya.  Apa bedanya kita dengan orang dunia jika demikian?  Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk memiliki kesabarn dan saling bersabar satu sama lainnya, sebab kesabaran adalah bagian dari kasih, dan kekristenan itu identik dengan kasih.  Tertulis:  "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong."  (1 Korintus 13:4).

     Di samping itu, kesabaran merupakan bagian dari buah-buah Roh yang harus terpancar dalam kehidupan orang percaya (baca Galatia 5:22-23).  Jika kita mengaku diri sebagai orang Kristen/pengikut Kristus tapi kita tak punya kesabaran, maka kita perlu bertobat!  Dengan kesabaran, seseorang dapat melihat hal-hal yang positif di tengah kesukaran sekali pun.  Bukankah banyak orang Kristen yang tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan dan akhirnya mereka pun tidak mengalami beerkat-berkat Tuhan?  Kesabaran adalah kunci untuk sebuah hubungan kerjasama yang baik.  "Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan."  (Amsal 15:18).  Pertengkaran dan permusuhan seringkali terjadi ketika ada pihak yang tidak sabar alias mudah tersulut emosi.  Oleh karena itu  "Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar."  (Pengkotbah 10:4).

Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang sabar?

ORANG PERCAYA: Tampil Sebagai Pemenang!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2012 -

Baca:  Amsal 21:1-31

"Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan."  Amsal 21:31

Siapa itu pemenang?  Seorang pemenang bukanlah orang yang tidak pernah gagal atau orang yang sempurna tanpa cela atau juga orang yang tidak pernah punya persoalan dalam hidupnya.  Seorang pemenang adalah orang yang pernah gagal tapi mau bangkit dan berusaha sampai ia meraih kemenangan;  orang yang penuh ketekunan dan kesabaran melewati setiap ujian dan persoalan hidupnya tanpa keluh kesah dan persungutan, hingga ia memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan.  Setiap anak Tuhan dirancang bukan untuk menjadi pecundang atau mengalami kekalahan dalam hidupnya.  Tetapi Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya diciptakan dan dirancang Tuhan dengan potensi untuk menjadi pemenang,  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).

     Berbicara soal kemenangan dalam hidup ini menyangkut pula tentang proses yang harus kita dijalani.  Proses yang dimaksud meliputi perjuangan, kesabaran, ketekunan, peperangan dan sebagainya.  Kita bisa belajar dari perjalanan hidup Yusuf.  Ketika ia memperoleh mimpi dari Tuhan, apakah mimpinya itu langsung menjadi kenyataan?  Tidak.  Bahkan Yusuf harus mengalami proses yang begitu panjang dan berat, yang sepertinya sangat bertolak belakang dengan mimpinya itu.  Namun ia tetap tekun, sabar dan senantiasa mengarahkan pandangannya hanya kepada Tuhan.  Kegagalan-kegagalan di masa lalu tidak menjadi ukuran bahwa seseorang akan gagal seterusnya.

     Karena itu milikilah sikap hati yang benar sehingga di segala keadaan kita tetap bisa mengucap syukur dan senantiasa berpikiran positif.  Jangan pernah menyalahkan orang lain, tapi belajarlah untuk selalu mengoreksi diri!  Tetaplah bertekun di dalam Tuhan karena kemenangan orang percaya ada di dalam Dia sepenuhnya.  Katakan dalam hati Saudara masing-masing,  "Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?  Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"  (Mazmur 27:1).

"sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu."  Ulangan 20:4

Kamis, 11 Oktober 2012

BERKAT TUHAN BAGI ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2012 -

Baca:  Mazmur 67:1-8

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya."  Mazmur 67:2

Hidup yang diberkati adalah janji Tuhan bagi orang percaya dan berkat itu adalah pasti, sebab janji Tuhan adalah ya dan amin.  Meski demikian bukan berarti perjalanan hidup kita akan mulus tanpa kerikil tajam.  Dalam hal ini pemazmur hendak menyatakan bahwa meski di tengah masalah, ujian dan tantangan yang berat sekali pun, tangan kasih Tuhan tak pernah lelah untuk menopang kita dan penyertaanNya tidak pernah berubah.  Dikatakan,  "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.  Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" (Mazmur 37:23-24).  Ini adalah bukti bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang senantiasa berharap kepadaNya, bahkan sampai kepada anak cucunya (keturunannya).

     Sepatutnya kita bersyukur memiliki Tuhan yang hidup yang senantiasa memperhatikan dan mengasihi kita, bahkan menyinari kita dengan wajahNya.  Oleh karena itu kita tidak perlu takut menghadapi apa pun juga asal kita tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.  Hidup dalam kehendak Tuhan berarti tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tapi berjalan menurut pimpinan Tuhan.  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.  Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;" (Amsal 3:5-7).  Hidup dalam kehendak Tuhan juga berarti harus menundukkan diri kepadaNya.  Alkitab menyatakan jika kita punya penundukan diri, Tuhan akan mengangkat kita dan memberkati kita.

     Ingat, berkat Tuhan itu tidak terpengaruh sikon (situasi/kondisi);  bukan ketika kondisi lagi baik lalu Tuhan memberkati kita, sedangkan ketika situasi sedang buruk Dia tidak memberkati kita.

Di segala keadaan Tuhan sanggup memberkati dan mencukupkan segala yang kita perlukan;  berkatNya selalu tersedia bagi kita kapan pun!  Mari imani itu.

Selasa, 09 Oktober 2012

MEMBERI: Supaya Ada Keseimbangan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2012 -

Baca:  Amsal 28:1-28

"Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki."  Amsal 28:27

Selain memberi kepada Tuhan, Ia juga memerintahkan kita untuk memberi kepada sesama kita,  "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.  Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."  (Galatia 6:9-10).  Pelaksanaan dari berbuat baik adalah dengan membantu sesama kita, terutama saudara seiman yang hidup dalam kekurangan dengan menggunakan uang atau harta kita.

     Apa tujuan kita diperintahkan untuk memberikan persembahan kepada saudara kita yang berada dalam kekurangan?  "Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.  Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."  (2 Korintus 8:13-14).  Setiap orang pasti punya kelemahan dan juga kekuatan masing-masing dan Tuhan menciptakan kondisi seperti ini supaya umat Tuhan saling membutuhkan, melengkapi, mengasihi, memperhatikan, bekerja sama dan tolong-menolong satu sama lain.  Bila seseorang merasa bisa hidup sendiri, ia akan merasa bahwa dirinya tidak butuh orang lain atau sesamanya.  Hal ini akan membuat ia menjadi egois dan pelit.  Jadi tujuan Tuhan memberkati kita bukan untuk kita nikmati sendiri, tapi Dia menghendaki agar kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.  Kita yang punya berkat lebih diharuskan membagikannya kepada sesama kita yang butuh pertolongan.  Demikian pula sebaliknya, orang lain juga akan mencukupkan apa yang menjadi kekurangan kita.  Inilah yang disebut dengan keseimbangan.

     Seringkali memberi adalah perkara yang sulit dilakukan oleh banyak orang Kristen.  Kita mau menabur tapi masih melihat situasi dan kondisi, masih pikir-pikir.  Sampai kapan?  Kalau seperti itu, kita tidak akan pernah menabur dan tidak akan pernah menuai!  Hari ini Tuhan ingatkan:  apa yang ada di tanganmu harus ditabur!

Jangan menunggu-nunggu waktu untuk memberi!

Rabu, 23 Mei 2012

TERBEBAS DARI RASA KUATIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2012 -

Baca: Filipi 4:1-9

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  Filipi 4:6

Seringkali kita berpikir bahwa memiliki kekuatiran adalah hal yang biasa, wajar dan normal bagi kehidupan manusia.  Namun bagi kehidupan orang percaya hal itu tidak seharusnya terjadi, karena kekuatiran adalah salah satu bentuk penjajahan Iblis.  Kekuatiran membuat seseorang larut dalam kesedihan, murung sehingga sukacita dan damai sejahtera menjadi hilang.  Ingat, ketika kita kuatir berarti kita sedang meragukan kuasa Tuhan.  Kebenarannya adalah Tuhan tidak pernah memberikan roh yang mendatangkan kekuatiran dalam hidup orang percaya.  Normalnya, hidup seorang Kristen adalah hidup yang terbebas dari rasa kuatir.  Itulah sebabnya rasul Paulus menasihatkan,  "Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran."  (1 Korintus 7:32a).  Mana mungkin kita hidup tanpa rasa kuatir?  Tidak ada perkara yang mustahil!  Asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.

     Tuhan Yesus berkata,  "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"  (Matius 6:25).  Karena itu  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Jadi terbebas dari rasa kuatir adalah pilihan hidup karena kekuatiran itu adalah serangan.  Dengan kata lain, ketika serangan kekuatiran itu datang, dan tidak kita lawan, ia akan menjajah dan mengintimidasi kita.  Karena itu ketika serangan kekuatiran itu datang kita harus bertindak dan melawannya dengan percaya kepada Tuhan.

     Mengapa kita tidak boleh kuatir?  Karena itu merupakan perintah Tuhan dan kita pun harus mentaatinya.  Bukankah firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan kita untuk tidak kuatir?  Di dalam Amsal 12:25a dikatakan,  "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kekuatiran sama sekali tidak mendatangkan kebaikan atau keuntungan bagi hidup kita, sebaliknya, malah merugikan.  Jadi kekuatiran itu sama sekali tidak ada gunanya.

Buang semua kekuatiran karena kita memiliki Bapa yang sanggup memelihara hidup kita dan tidak pernah meninggalkan kita!

http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/terbebas-dari-rasa-kuatir.html

Selasa, 22 Mei 2012

DAUD: Hamba Yang Berkenan di Hati Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Mei 2012 -

Baca:  Mazmur 51:1-21

"Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!"  Mazmur 51:11

Hal kedua, Tuhan melihat kesetiaan Daud yang sangat teruji.  Sejak usia muda Daud mendapat tugas dari ayahnya untuk menggembalakan domba.  Meski jumlah dombanya hanya 2-3 ekor ia menjaganya dengan setia, bahkan rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan dombanya itu dari serangan binatang buas yang hendak memangsanya.  Dalam perkara yang kecil saja Daud begitu setia, pasti ia akan setia saat dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara yang lebih besar seperti memimpin bangsa Israel.  Dalam Lukas 16:10 dikatakan:  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  Oleh karena itu marilah kita setia dengan apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita meski itu perkara kecil yang kelihatannya kurang berarti di penilaian manusia.

     Ketiga, Daud adalah seorang yang menghormati otoritas.  Daud sangat menghormati Saul yang pada waktu itu menjadi raja atas Israel.  Kita tahu bahwa Saul sangat membenci Daud sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk membunuh Daud, meski selalu gagal.  Walau demikian Daud tidak pernah menaruh dendam terhadap Saul.  Daud berkata,  "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan, dan bebas dari hukuman?"  (1 Samuel 26:9).  Daud sadar bahwa melawan otoritas berarti melawan Sang Pemberi Otoritas.  Hal ini juga menunjukkan bahwa Daud memiliki hati yang suka mengampuni orang lain.  Saat Saul mangkat hatinya sanagat sedih dan benar-benar merasa kehilangan.

     Keempat, Daud juga orang yang mudah bertobat, tidak menyembunyikan dosa dan jujur kepada Tuhan.  Daud pernah berbuat dosa dan melakukan kekejian di mata Tuhan, di mana ia berzinah dengan Betsyeba  (isteri Uria), dan dengan caranya yang licik ia membunuh Uria.  Setelah ditegur oleh abdi Tuhan  (Natan)  Daud tidak marah, justru ia menyatakan penyesalannya dan mau bertobat dengan sungguh.  Daud berkata,  "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!  Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!"  (Mazmur 51:3-4).

Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang berkenan di hati Tuhan seperti Daud?

http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/daud-hamba-yang-berkenan-di-hati-tuhan_21.html

Senin, 21 Mei 2012

Profil 'Sepenggal Taman Eden' di Tanah Minahasa



Kecamatan Modoinding berada di penghujung Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, dekat Kotamobagu. 

Perjalanan bisa dimulai dari Manado (Ibukota Provinsi Sulawesi Utara) melintasi Amurang (Ibukota Minahasa Selatan) dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam dengan Mobil Pribadi, atau Bus Umum.

Pemandangan kota-kota kecil yang dilatarbelakangi bukit dan lembah kehijauan berlangsung selama satu jam perjalanan. Jalan berkelok-kelok dengan menyuguhkan eksotisme trimatra alam fantastik yang melebihi keindahan Dunia Fantasi. Semakin lama ditempuh, semakin kota-kota tersebut beralih menjadi desa, semakin kecil, semakin hijau.

Namun, bagi para pelancong yang menginginkan pemandangan alam dengan suhu udara yang sejuk, menjejakan kaki di Modoinding tetap merupakan prioritas utama, tak tergantikan. Dari Amurang, Modoinding bisa di capai dengan melintasi Kec. Motoling, Ranoyapo, Tompaso Baru dan Maesaan. Jalan berkelok? Sudah pasti tidak bisa dihindari. Tapi satu hal yang pasti, semua keletihan badan tersebut akan tertebus tunai dengan pemandangan alam di sepanjang perjalanan. Hijau, Eksotis, Mistis, Segar, Bersih dan Sehat pula.

Sejauh mata memandang terhampar landscape hijau di antara pepohonan dengan dedaunan yang berdansa bersama tarian angin yang semilir. Beribu petak sawah, pohon nyiur, anak sungai yang jernih menyebar dan menjalani hidup dengan damai di daerah penuh bukit dan ngarai itu. Orang-orang yang memiliki penyakit sulit tidur sebaiknya segera datang ke sini dan mulai menghitung satu per satu anugerah alam tersebut.

Setelah berjalan menelusuri jalan berkelok yang menembus bukit, sekitar dua jam dari Amurang, gerbang Selamat Datang di Kecamatan Modoinding akan menyambut kita, pertanda kita telah memasuki dunia anugerah yang tidak akan kita jumpai di tempat lain. Praktis kita membutuhkan sekitar 3,5 jam berkendara dari Manado sampai Modoinding.

Inilah Modoinding. Jazirah Minahasa yang terhampar pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Pada waktu-waktu tertentu di malam hari, suhu udaranya bisa mencapai 12 derajat Celcius. Di siang hari, suhu udara normalnya 23 - 28 derajat Celcius. Bukankah ini sebuah kesejukan yang kita dapatkan secara gratis tanpa perlu membeli AC. Suasana yang bisa kita dapatkan di tempat lain dengan biaya yang mahal.


Inilah Modoinding. Sebuah kecamatan tanpa penduduk miskin, karena alam memelihara mereka secara turun temurun,  dan mereka menafkahi hidup mereka dengan bercocok tanam dan bergantung sepenuhnya pada bumi. Alam pula yang menasbihkan daerah ini sebagai ‘dapur’ bagi Indonesia Bagian Timur. Lahan yang sangat luas, sangat subur, sangat produktif dan sangat indah. Merupakan sebuah kekayaan yang sangat langka dan berharga jika kita bisa menjadi bagian darinya.

Suasana desa, hawa sejuknya, udara yang sangat segar seolah-olah sehabis hujan, bebukitan yang menghampar tak beraturan, sungai berair tenang yang berliku membelah ladang perkebunan sayur-sayuran, rumah-rumah panggung dari kayu (rumah-rumah tradisional rakyat Minahasa), tanaman bunga di pekarangan dan pagar, aneka panen sayur mayur yang bertumpuk-tumpuk di tepian jalan. Semua terangkai dengan bingkai langit biru dan sekelompok awan sisa hujan yang berarak mengejar burung-burung yang terbang bebas, melengkapi gambaran indah yang menciptakan suasana damai.

Modoinding, sungguh tempat dengan pesona surgawi yang dapat menentramkan hati, layaknya seorang kekasih.

Jika memiliki kekasih, maka tempat ini akan menghadirkan keinginan untuk membawanya duduk dan bercengkrama, di musim saat sayur-mayur mendekati panennya dan bunga-bunga bersemi, mekar berwarna-warni yang harum semerbak mewangi.  

Jika telah berpisah dengan kekasih, maka tempat ini akan menghadirkan berbagai pengandaian bahwa mesin waktu bisa ditemukan untuk kembali ke masa lalu, sekedar menculiknya dan membawanya duduk dan berbagi cerita di salah satu kaki bukit, di musim saat bunga-bunga sedang berseri sehingga dapat membuat cinta bersemi kembali.

Jika hanya seorang diri, tidak punya kekasih, tidak punya mantan kekasih, dan tak punya siapapun,  betapa pun menyedihkannya, cukuplah duduk berdiam diri di salah satu tempat yang teduh sambil memandangi seluruh alamnya, kita kan merasa bahwa Tuhan Sang Maha Pencinta selalu berada dekat kita, karena sesungguhnya kita berada di dalam ‘Sepenggal Taman Eden’ yang terhampar di Tanah Minahasa.

Modoinding, selalu akan menjadi sumber dari berbagai inspirasi. 

Disadur dari :
http://alexanderpaul.multiply.com/

Minggu, 20 Mei 2012

DAUD: Hamba yang Berkenan di Hati Tuhan! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2012 -

Baca:  Yesaya 42:1-9

"Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan."  Yesaya 42:1a

Pengiringan kita kepada Tuhan harus mempunyai sasaran yang harus kita capai.  Kita tidak cukup hanya menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tetapi harus lebih dari itu, karena rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tidak menjamin hidup kita dikenan oleh Tuhan.  Tuhan Yesus berkata,  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 7:21).

     Yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan.  Kekristenan kita akan menjadi sia-sia bila kita tidak menjadi pelaku firman, tidak hidup dalam ketaatan.  Bukankah hati kita sudah senang bukan kepalang ketika apa yang kita perbuat dikenan oleh pimpinan di kantor, atau pelayanan kita dinilai cukup baik oleh orang lain?  Dikenan oleh manusia saja membuat kita merasa bahagia dan bangga, coba bayangkan bila hidup kita ini dikenan oleh Tuhan, yang adalah Bapa yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga, Pencipta langit dan bumi dan juga Raja di atas segala raja.  Inilah yang harus kita kejar!  Inilah sasaran hidup seorang Kristen!

     Daud adalah contoh orang yang hidupnya dikenan Tuhan.  Tertulis,  "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22).  Pasti ada banyak faktor yang membuat hidup Daud berkenan di hati Tuhan.  Di antaranya adalah:  pertama, Daud sangat mengasihi Tuhan.  Kasihnya kepada Tuhan melebihi segala-galanya.  Kerinduannya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan begitu mendalam.  "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan;"  (Mazmur 84:2-3a).  Bagi Daud,  "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  (Mazmur 84:11).  Meski sudah menjadi raja atas Israel, tinggal di istana yang megah, perabot yang mewah, dengan tentara yang kuat, dia tetap merasa bahwa lebih baik berada di rumah Tuhan.
(Bersambung).
http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/daud-hamba-yang-berkenan-di-hati-tuhan.html

Sabtu, 19 Mei 2012

PETRUS: Hidup yang Diubahkan Roh Kudus!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2012 -

Baca:  Kisah 2:14-40

"Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: 'Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?'"  Kisah 2:37

Petrus pada awalnya begitu yakin dengan kesetiaannya kepada Tuhan, bahkan ia rela melakukan apa saja untuk Tuhan, mati pun mau.  Namun seiring berjalannya waktu, ternyata perkataan Petrus itu hanya isapan jempol belaka, komitmennya tidak bisa dipegang.  Menjelang hari penyaliban Tuhan Yesus ia sudah menyangkalNya sampai 3x.  Petrus tak lebih dari seorang pengecut yang diliputi oleh ketakutan dan kekuatiran.

     Tapi pembacaan firman Tuhan hari ini menyatakan adanya perubahan hidup dalam diri Petrus yang begitu drastis, dari seorang pengecut menjadi seorang pemberani, bahkan ia dipakai Tuhan secara luar biasa.  Apa yang terjadi dengan diri Petrus?  Ini adalah penggenapan dari kitab Yoel (baca Yoel 2:28-32), di mana pada hari-hari akhir Tuhan akan mencurahkan RohNya yang kudus dan itu tergenapi di hari raya Pentakosta.  Saat Tuhan mencurahkan RohNya di kamar loteng Yerusalem inilah Petrus mengalami lawatan dan jamahan Tuhan seperti tertulis:  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Karena mengalami jamahan Roh Kudus inilah hidup Petrus diubahkan secara luar biasa.  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Meski tidak mengeyam pendidikan di sekolah Alkitab dan juga tanpa 'jam terbang' dalam hal berkotbah, Petrus beroleh kekuatan dan keberanian untuk berdiri di hadapan ribuan orang untuk menyampaikan berita injil.  Itu adalah kekuatan adikodrati (supernatural)!  Roh Kudus bekerja di dalam diri Petrus.  Dikatakan,  "Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu."  (Matius 10:20).  Alkitab mencatat, melalui kotbah yang disampaikan Petrus ini 3000 orang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Perkara-perkara ajaib dan dahsyat pasti terjadi ketika Roh Kudus bekerja!

http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/petrus-hidup-yang-diubahkan-roh-kudus.html

DOA HANA: Tuhan Memperhatikan Penderitaan Kita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2012 -

Baca:  1 Samuel 2:1-10

"Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,"  1 Samuel 2:8

Dalam masyarakat Yahudi, melahirkan anak laki-laki bagi suaminya adalah tugas dan kewajiban bagi seorang wanita yang sudah menikah.  Jika wanita itu mandul alias tidak bisa memberikan keturunan, maka hal ini akan menimbulkan rasa malu dan menjadi celaan bagi suaminya, keluarganya dan juga lingkungan di sekitarnya.  Jadi kemandulan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan.  Inilah yang sedang dialmi oleh Hana, di mana tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan suami ada di tangannya.  Jika tidak, ia akan menghadapi masalah yang berat:  bisa saja diceraikan oleh suaminya atau harus menanggung malu dan mengalami penolakan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.  Bisa dibayangkan betapa remuk redam hati Hana karena ia tidak punya anak (mandul).  Belum lagi perlakuan yang tidak baik dari Penina, 'madunya' yang justru memiliki anak.  Hal ini semakin menambah rasa sedih dan pahit di hati Hana.

     Secara manusia, Hana sudah hilang pengharapan karena Tuhan telah menutup rahimnya.  Ia pun yakin satu-satunya Pribadi yang dapat menolongnya adalah Tuhan.  Karena itu segeralah ia datang kepada Tuhan.  Di baitNya yang kudus, dengan hati hancur, Hana mencurahkan segala beban hidupnya.  Meski dikira mabuk oleh iman Eli ia tidak peduli, karena  "Korban sembelihan kepada Allah ia jiwa yang hancur;  hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19).  Saat berdoa inilah Hana bernazar, "Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan..."  (1 Samuel 1:11).  Akhirnya Tuhan pun mengabulkan doa Hana,  "...setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki.  Ia menamai anak itu Samuel,..." (1 Samuel 1:20).

     Mungkin Tuhan telah menutup rahim Hana selama bertahun-tahun, tetapi Dia tidak pernah menutup telingaNya terhadap umat yang siang malam berseru-seru kepadaNya.  Ketika kita berdoa dengan hati hancur dan berserah penuh memohon belas kasihan Tuhan, pada saatnya Dia pasti bertindak dan pertolonganNya tidak pernah terlambat.

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5

YESUS NAIK KE SORGA: Menyediakan Tempat Bagi Kita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2012 -

Baca:  Yohanes 14:1-14

"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."  Yohanes 14:2

Setelah mati di atas kayu salib, pada hari yang ketiga Yesus bangkit dan empat puluh hari setelah itu Dia naik ke sorga:  "...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.  Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'"  (Kisah 1:9-11).  Yesus telah menggenapi rencana Allah!  Karena itu Dia harus kembali ke sorga.  Jika Yesus tidak naik ke sorga, bagaimana Ia dapat membuktikan bahwa diriNya adalah utusan dari sorga?  Jadi, kenaikan Yesus ke sorga semakin menegaskan bahwa Dia adalah Anak Allah,  "...Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah."  (Yohanes 13:3).

     Kenaikan Yesus ke sorga juga untuk menggenapi janjiNya kepada umatNya yaitu untuk memberikan seorang penolong bagi kita.  Ia berkata,  "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu."  (Yohanes 16:7).  Kini, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk menjadi takut dan kuatir dalam menjalani hidup ini karena ada Roh Kudus yang senantiasa menopang, menghibur, menguatkan dan menolong kita.  "...Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu."  (Yohanes 14:17b).  Kenaikan Yesus ke sorga juga semakin memberi jaminan dan kepastian bagi orang percaya tentang kehidupan kekal dalam Kerajaan Sorga karena Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita.  Karena itu  "Janganlah gelisah hatimu;"  (Yohanes 14:1).  "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia."  (2 Korintus 5:1).  Haleluyah!

Karena itu, sambil menyongsong kedatanganNya kembali menjemput kita, marilah kita senantiasa hidup dalam ketaatan;  ada upah besar menanti!

http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/yesus-naik-ke-sorga-menyediakan-tempat.html

Rabu, 16 Mei 2012

ADA SAATNYA HARUS MENANTI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2012 -

Baca: Mazmur 40:1-18

"Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong."  Mazmur 40:2

Banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa pertolongan Tuhan itu begitu lama?" Padahal Tuhan berkata sendiri, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.  Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."  (Matius 7:7-8).  Apa Ia ingkar dengan janjiNya?  Camkan dalam hati bahwa Ia tidak pernah ingkar dengan janjiNya.  JanjiNya yang tertulis dalam Alkitab pasti akan digenapi asalkan kita mau bersabar untuk menantikan Dia.

     Mazmur 40:2-4 adalah kesabaran Daud dalam menantikan jawaban Tuhan.  Daud percaya bahwa cepaat atau lambat doanya pasti dijawab Tuhan, karena "Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan."  (Mazmur 145:18).  Terkadang doa kita dijawab Tuhan dalam waktu singkat.  Namun adakalanya doa kita dijawab Tuhan dalam waktu yang cukup lama, seperti Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan Ishak.  Namun yakinlah bahwa di dalam Tuhan tidak ada deadlock (jalan buntu).  Kita tidak perlu takut pada jalan buntu.  Semua orang pasti pernah mengalami tidak ada jalan bagi masalahnya, tapi bagi orang-orang yang dikasihi Tuhan selalu ada jalan keluar.  Oleh karena itu  "...kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).  Untuk dapat menantikan jawaban Tuhan diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar, baik ketekunan, kesabaran, maupun kesetiaan.  Ketiga hal ini kerapkali kita abaikan dan kita pun langsung menyalahkan Tuhan dan beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.

     Mengapa Ia lambat menjawab doa kita?  Mungkin hidup kita dalam posisi tidak benar sehingga Tuhan harus menunggu sampai kita bertobat dan mengerti kehendakNya.

Mungkin saat ini Tuhan sedang membentuk kita sampai kita dapat berkata, "Tuhan, aku tidak mampu tanpa Engkau!  Aku memerlukan Engkau."

http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/ada-saatnya-harus-menanti.html
 

PERKATAAN IMAN PERWIRA KAPERNAUM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2012



Baca:  Matius 8:5-13

"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."  Matius 8:8

Alkitab menyatakan,  "Orang benar akan hidup oleh iman."  (Roma 1:17).  Yakobus menambahkan,  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22), karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati.  Dalam menjalani kehidupan kekristenan, kita pun dituntut untuk memiliki iman yang benar-benar hidup dan nyata.

     Dalam renungan kemarin disampaikan bahwa tanda seseorang beriman kepada Tuhan adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia sanggup melakukan segala perkara.  Apa yang dikatakan Perwira Kapernaum ini:  "...katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."  adalah perkataan penuh iman kepada Tuhan Yesus mengenai hambanya yang terbaring lumpuh di rumah.  Meski secara kasat mata hambanya itu terkulai tak berdaya dan sangat menderita, perwira itu sangat percaya dan tidak ragu bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya itu.  Bahkan Tuhan Yesus tidak perlu datang ke rumahnya dan menjamah tubuh hambanya itu, hanya melalui perkataan atau mengucapkan sepatah kata saja hambanya itu pasti disembuhkan.  Tuhan Yesus berkata,  "...sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel."  (Matius 8:10).  Perwira Kapernaum percaya bahwa yang keluar dari mulutNya adalah firman yang hidup dan penuh kuasa.

     Adakah kita memiliki iman seperti perwira Kapernaum ini?  Apa pun keadaan kita saat ini, jangan putus asa, arahkan mata kita kepada Tuhan Yesus.  Milikilah iman seperti perwira Kapernaum!  Jika mata kita hanya tertuju pada masalah dan apa yang sedang kita alami kita akan menjadi lemah dan semakin kuatir.  Itulah yang disukai Iblis.  Lawanlah semua ketakutan dan kekuatiran dengan iman!  Berhentilah memperkatakan yang negatif, sebaliknya selalu perkatakan firman Tuhan, maka oleh RohNya yang bekerja di dalam kita Ia akan menghidupkan firman yang ada di dalam hati dan pikiran kita.  Roma 10:8:  "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." 

Ketika memperkatakan firman dengan iman, kita menyingkirkan keterbatasan dan kemustahilan manusia.

http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/perkataan-iman-perwira-kapernaum.html



MELAKUKAN SEGALA SESUATU DENGAN SUNGGUH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2012 -

Baca:  Ibrani 6:9-20

"Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,"  Ibrani 6:11

Keberhasilan seorang atlit mendapatkan gelar juara dalam sebuah even bukanlah sesuatu yang instan, tapi buah dari kesungguhannya dalam berlatih, taat kepada instruksi pelatih.  Tanpa kesungguhan, mustahil mereka berhasil!  Bukan hanya di bidang olahraga, tapi juga di segala bidang kehidupan ini termasuk dalam hal kerohanian.  Jadi kesungguhan kita dalam mengerjakan segala sesuatu adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan.  Sebagus apa pun suatu teori atau secemerlang apa pun ide seseorang jika tidak disertai oleh tindakan yang serius atau sungguh-sungguh akan menghasilkan yang biasa-biasa dan tidak maksimal.  Bagaimana dengan kita?  Tuhan berkata, "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku."  (Amsal 8:17).

     Bersungguh-sungguh artinya melakukan sesuatu dengan segenap hati, pikiran, tenaga dan kemampuan di dalam semangat dan rasa penuh tanggung jawab.  Inilah yang dikehendaki Tuhan!  Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam segala hal?  Ataukah selama ini kita belum bersungguh-sungguh?  Kita melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, setengah-setengah, sambil bersungut-sungut, mengomel, menggerutu, seperti bangsa Israel ketika berada di padang gurun?  Ingat, mereka yang tidak bersungguh-sungguh akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian;  mereka tidak menikmati janji Tuhan sepenuhnya.  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah."  (Kolose 3:23-24a).

     Bila kita ingin menikmati dan mengalami berkat-berkat Tuhan kita pun harus bersungguh-sungguh dalam segala hal.  Anugerah karunia, talenta dan potensi yang begitu besar dari Tuhan harus kita maksimalkan.  Bagaimana hidup kita bisa berdampak dan menjadi berkat bagi dunia bila kita menghasilkan karya yang biasa-biasa saja?

Mulai hari ini sungguh-sungguhlah mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan!http://airhidupblog.blogspot.com/2012/05/melakukan-segala-sesuatu-dengan-sungguh.html