Senin, 14 November 2011

Kegagalan, Anak Tangga Menuju Sukses

Thomas Alva Edison adalah penemu dari Amerika dan merupakan salah satu penemu terbesar sepanjang sejarah. Edison mulai bekerja pada usia yang sangat muda dan terus bekerja hingga akhir hayatnya. 

Selama karirnya, Thomas Alva Edison telah mempatentkan sekitar dari 1.093 hasil penemuannya, termasuk bola lampu listrik dan gramophone, juga kamera film. Ketiga penemuannya membangkitkan industri-industri besar bagi industri listrik, rekaman dan film yang akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia. 
Dia juga dikenal sebagai penemu yang menerapkan prinsip 'produksi massal' bagi penemuan-penemuannya.

Edison sendiri memperoleh keahliannya dalam bidang kelistrikan dan telegraphy (telegraph untuk komunikasi) pada usia belasan tahun. Pada tahun 1868, di usia 21 tahun, dia telah mengembangkan dan mempatentkan penemuannya yang berupa sebuah mesin yang merekam telegraph.

Dimasa kecilnya, Edison hanya bersekolah di sekolah yang resmi selama tiga bulan, selanjutnya semua pendidikannya diperoleh dari ibunya yang mengajar Edison di rumah.

Apakah Edison adalah seorang anak yang yang menonjol di kelas? Tidak!

Disekolah ia tidak dikenal sebagai anak jenius, ia bahkan menjadi langganan ranking terendah. Kepala Sekolah menyebutnya otak udang dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

Karena ia dikeluarkan dari sekolah, Ibu Edison tidak menyerah, dia bergumul dan berdoa kepada Tuhan. Ia sendiri mengajarkan Edison di rumah cara membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, antara lain buku-buku yang berasal dari penulis seperti Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens.

Ibunya memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya, karena tak ada sekolah yang mau menerimanya.

Amsal  19:18
Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.

Apa hasilnya? 

Edison di usia 12 tahun, memperoleh penghasilan dengan cara bekerja menjual koran dan surat kabar, buah apel, serta gula-gula di sebuah jalur kereta api. Di usia itu pula, Edison hampir mengalami kehilangan seluruh pendengaran karena penyakit yang dideritanya, penyakit itu membuatnya menjadi setengah tuli. Edison pernah menulis dalam diarinya: "Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak saya berusia 12 tahun."

Pada usia 15 tahun, Edison, sambil tetap berjualan, membeli sebuah mesin cetak kecil bekas yang selanjutnya dipasang pada sebuah bagasi mobil. Kemudian dia mencetak korannya sendiri, WEEKLY HERALD, yang di cetak, diedit dan dijualnya di tempat dia berjualan. Ini bisa terjadi karena dia sudah diberikan contoh oleh ibunya untuk mandiri, krn ibunya secara confidence (PD) melakukan hal besar untuk menjadi GURU walaupun dia sendiri bukan seorang guru sekolah formal.

Pada musim panas 1862, Edison menyelamatkan seorang anak berusia tiga tahun yang hampir di tabrak oleh mobil. Ayah dari anak yang diselamatkan adalah kepala stasiun kereta api di tempatnya berjualan. Dan sebagai rasa terima kasih, kepala stasiun tersebut mengajari Edison cara menggunakan telegraph. Setelah 5 bulan mempelajari telegraph, Edison bekerja sebagai ahli telegraph selama 4 tahun. Hampir semua gaji yang didapatnya dihabiskan dengan membangun berbagai macam laboratorium dan peralatan listrik.

Edison sangat senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yang ada. Dari semua yang dipelajarinya, Edison menerapkan pelajaran tersebut dengan cara bereksperimen di laboratorium kecilnya. Edison tinggal di laboratoriumnya, hanya tidur 4 jam sehari, dan makan dari makanan yang dibawa oleh asistennya ke laboratoriumnya. 

Edison melakukan percobaan dan eksperimen terus menerus hingga penemuan-penemuannya menjadi sempurna. Mungkin kata yang cocok untuk menggambarkan kepandaian Edison adalah: "Genius adalah 99% kerja keras"

Karier penemuannya diawali setelah membaca buku School of Natural Philosophy karya RG Parker (isinya petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah) dan Dictionary Of Science. Ibunya lalu membuatkan sebuah Laboratorium kecil buat dia. 

Penemuan terbesarnya adalah Lampu pijar. Namun sebenarnya Thomas Alfa Edison telah menemukan banyak alat dan telah dipatenkan. Penemuan yang dipatenkannya tercatat sebanyak 1.093 buah

Dari sumber yang lain dikatakan bahwa Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang.

Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: “SAYA SUKSES, KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN”. 

Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab: “DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA”. 

Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif dan penuh rasa syukur. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.
Cara pandang positifThomas Alfa Edison, tidak menyurutkan semangat, bahkan tetap mampu meyakinkan orang lain untuk mendanai “Proyek Gagal” nya yang berulang-ulang. Ini juga satu hal yang luar biasa. Adakah kita mampu menyakinkan orang untuk mendanai riset kita yang telah gagal berulang-ulang? Tentu bukan pekerjaan yang mudah… Amin?

Thomas Alfa Edison gagal ratusan, bahkan ribuan kali gagal. Tetapi dia bukanlah orang yang mudah menyerah.Tiap kali gagal, dia bangkit dan mencoba lagi.

Ketika sekolah, dia gagal. Terlalu banyak berimajinasi dan duduk di belakang kelas, dia tak menggubris para guru yang mengajar. Ketika mulai menjadi penemu, dia gagal. Ribuan bahan filamen harus dia coba ribuan kegagalan.

Ketika dia ditanya, mengapa begitu keras kepala, jawabannya: “Sukses saya baru datang ketika kegagalan telah habis. Dan uniknya, saat ia berhasil menemukan lampu yg menyala, namanya masuk dalam HEADLINE koran, yg bunyinya :

“Setelah 9.955 kali GAGAL menemukan lampu, akhirnya Edison berhasil menemukan lampu yg menyala”

Lucu nya, Edison MARAH dengan bunyi Headline tsb, ia mendatangi redaksi Koran tsb dan minta bunyi Headline nya diganti..

Akhirnya, besoknya koran itu mengganti headline nya menjadi : 
“Setelah 9.955 kali BERHASIL menemukan lampu yg ‘Gagal Menyala’ , akhirnya  Edison berhasil menemukan lampu yang menyala”

Ini namanya POSITIVE MIND SET..

Jika kita takut gagal, kita tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya berhasil.
Seorang Sales, biasanya mengalami banyak penolakan2, dan saya sendiri seringkali merasakan hal itu. 
Kalau kita berhati kecil dan tidak mensyukuri kejadian tersebut, maka kita akan tawar hati, depresi dan berhenti.

Terkadang kita tidak tahu bahwa sebenarnya mungkin kita tinggal selangkah lagi untuk berhasil disaat kita memutuskan untuk berhenti. Usaha boleh gagal, tapi secara iman kita yakinkan bahwa diri kita bukanlah orang yang gagal. Kita hanya memerlukan ketekunan, jiwa yang besar, dan harapan.

Orang sukses mengalami kegagalan berulang2, mencoba terus dan terus sampai berhasil bukan karena sudah tidak ada pekerjaan lain, akan tetapi dia mempunyai keyakinan yang kuat yang di sebut sebagai pengharapan…

Kolose 3:23
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Habis anak tangga satu (kegagalan satu), mungkin masih ada anak tangga berikutnya.. terus menerus, dengan penuh ketekunan dan penuh pengharapan kepada Tuhan..

Kolonel Sanders, Berjuang Sampai Tua

Di usia 6 tahun, ayahnya meninggal dan Ibunya sudah tidak mampu bekerja lagi sehingga Harland muda harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Di masa ini dia sudah mulai menunjukkan kebolehannya.

Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Ketika berumur 12 tahun ibunya kembali menikah, sehingga ia meninggalkan rumah tempat tinggalnya untuk mendapatkan pekerjaan di pertanian di daerah Greenwood, Indiana. Selepas itu, ia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun.

Pertama, sebagai tukang parkir di usia 15 tahun di New Albany, Indiana dan kemudian menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan ke Kuba. Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel.


Di usia 40 tahun, Kolonel ini mulai memasak untuk orang yang bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin. Kolonel Sanders belum punya restoran pada saat itu. Ia menyajikan makanannya di ruang makan di bengkel tersebut. Karena semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dan restoran bisa menampung 142 orang.

Di awal tahun 1950 jalan raya baru antar negara bagian direncanakan melewati kota Corbin. Melihat akan berakhir bisnisnya, Kolonel ini akhirnya menutup restorannya. Setelah membayar sejumlah uang, ia mendapatkan tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105.

Dikarenakan memiliki rasa percaya diri kuat akan kualitas ayam gorengnya, Kolonel membuka usaha waralaba yang dimulai tahun 1952. Ia pergi jauh menyeberangi negara bagian ini dengan mobil dari satu restoran ke restoran lainnya, memasak sejumlah ayam untuk pemilik restoran dan karyawannya. Jika reaksi yang terlihat bagus, ia menawarkan perjanjian untuk mendapatkan pembayaran dari setiap ayam yang laku terjual.

Pada 1964, Kolonel Sanders sudah memiliki lebih dari 600 outlet waralaba untuk ayam gorengnya di seluruh Amerika dan Kanada. Pada tahun itu juga ia menjual bunga dari pembayarannya untuk perusahaan Amerika sebanyak 2 juta dolar kepada sejumlah grup investor termasuk John Y Brown Jr, (kelak menjadi Gubernur Kentucky). Pada tahun 1976, sebuah survey independen menempatkan Kolonel Sanders sebagai peringkat kedua dari deretan selebriti yang terkenal di dunia.


Sekarang? Setidaknya anda tidak hanya kenal ayam gorengnya "Kentucky Fried Chicken".... 


Kisah Penciptaan Lagu "MALAM KUDUS"

Malam itu, langit di lereng pegunungan Alpen, Austria, terlihat cerah. Joseph Mohr berjalan menulusuri jalan setapak, usai menonton pertunjukan drama Natal yang dipentaskan oleh sekelompok aktor keliling. Menurut rencana, sebenernya drama itu akan dipentaskan di gereja St. Nichoas, tetapi karena organ gereja rusak akibat digigiti tikus, maka pentas itu terpaksa dialihkan ke rumah salah satu jemaat.

Ketika sampai di puncak bukit, Mohr berhenti sejenak untuk melihat pemandangan di bawahnya.  Dia begitu terpesona pada kerlap-kerlip lampu-lampu yang memancar dari dalam rumah penduduk. Suasananya sangat sunyi dan teduh.  Hal itu membuat Mohr membayangkan suasana malam ketika Kristus lahir di kandang Betlehem.  "Malam sunyi! Malam kudus!" Kata-kata itulah yang yang tiba-tiba terlintas di benak Mohr.

Sesampai di rumahnya, Mohr segera menyambar pena dan kertas untuk menuliskan baris-baris puisi yang meluap dari hatinya.  Setelah itu, dia punya rencana untuk menyanyikan syair gubahannya itu pada malam kebaktian Natal di gerejanya.  Keesokan harinya, dia segera menemui Franz Xaver Grüber, seorang guru desa dan pemain organ gereja.  Pada hari itu juga, Grüber bisa merampungkan melodi untuk syair itu. Maka jadilah lagu "Malam Kudus" (Silent Night) yang beberapa abad kemudian menjadi "lagu wajib" pada setiap perayaann Natal.

Siapakah Joseph Mohr? Dia dilahirkan tahun 1792 di Steingasse, di sebuah perkampungan kumuh di Austria.  Seorang pastor merasa kasihan melihat Mohr kecil terpaksa mengamen di jalanan. Imam Katolik itu lalu memungutnya dari jalanan dan menyekolahkan di Salzburg.  Di sana, selain belajar agama, Mohr juga belajar bermain organ, biola dan gitar. Tahun 1818, Mohr ditempatkn sebagai asisten pastor di gereja St. Nicholas.

Sesuai dengan rencananya, pada malam Natal di tahun 1818, Mohr menyanyikan lagu ciptaanya itu dengan iringan gitar Grüber (karena organ gereja masih rusak). Lagu yang masih gres itu ternyata menyentuh hati jemaat yang datang beribadah. 

Meski terbilang sukses, namun mereka tidak pernah punya niat untuk menyebarkan lagu itu ke luar desa.  Seminggu kemudian, Karl Maurachen, tukang servis organ kenamaan dari Zillerthal datang untuk memperbaiki alat musik di gereja itu.  Ketika sudah beres, Grüber dipersilahkan mencoba memainkan organ itu. Pada kesempatan itu, Grüber memainkan lagu yang baru diciptakan itu.  Maurachen sangat terkesan mendengar lagu itu. Dia minta salinan komposisi lagu itu dan membawanya pulang.

Di tangan Maurachen, lagu itu mulai menyebar dan menjadi lagu rakyat di wilayah Tyrol. Lagu ini menjadi semakin populer ketika kuartet Strasser,--empat wanita bersaudara--, menyanyikan lagu ini berkeliling di seluruh Austria. Tahun 1838, lagu ini sudah dikenal di Jerman sebagai "lagu tidak jelas asal-usulnya."

Di Amerika, lagu ini diperkenalkan oleh Rainers, sebuah keluarga penyanyi dari Tyrol dalam sebuah tur konser, tahun 1839. Seperempat abad kemudian, Jane Campbell menterjemahkan syairnya ke dalam bahasa Inggris.  Tahun 1980, Yayasan Musik Gereja (Yamuger) menterjemahkan dalam bahasa Indonesia.  Syairnya sebagai berikut: "Malam kudus, sunyi senyap. Dunia terlelap. Hanya dua berjaga terus.  Ayah Bunda mesra dan kudus. Anak tidur tenang."